
Kondisi Ekonomi Global 2025: Dampak Fluktuasi Pasar Keuangan
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa kondisi ekonomi global 2025 sedang tidak baik-baik saja. Hal ini terlihat dari indikator pasar keuangan yang masih terus berfluktuasi, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Dunia sedang tidak baik-baik saja. Kita lihat indikator pasar keuangan masih berfluktuasi. IHSG masih negatif, tetapi sudah mulai mengarah ke tren positif,” ujar Airlangga.
Kondisi Ekonomi Global 2025: Fluktuasi IHSG dan Pasar Saham Indonesia
Pada sesi pembukaan pagi itu, IHSG anjlok sebesar 598,56 poin atau 9,19% ke level 5.912,06. Akibat penurunan tajam ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan trading halt untuk sementara waktu guna meredam gejolak pasar.
Kondisi Ekonomi Global 2025: Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah dan Pengaruh AS
Airlangga juga menyoroti nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Menurutnya, meskipun masih berfluktuasi, nilai tukar berada di kisaran Rp16.800-an. Dibandingkan negara lain seperti Jepang, pelemahan rupiah tergolong lebih stabil.
“Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga. Walaupun ada pelemahan, namun jika dibandingkan negara lain seperti Jepang yang mengalami pelemahan hingga 50%, kondisi kita masih lebih baik,” ungkapnya.
Perang Dagang AS dan Retaliasi Tarif: Pengaruh pada Perekonomian Global
Situasi ini tidak lepas dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang kembali meluncurkan tarif baru terhadap berbagai negara. Langkah ini memicu perang dagang yang berdampak pada pasar global.
Ketidakpastian Kebijakan Perdagangan Global dan Risiko Resesi Ekonomi Dunia
Menurut Airlangga, ketidakpastian kebijakan perdagangan (trade policy uncertainty) juga meningkat drastis. Hal ini menciptakan gejolak di pasar uang global, termasuk pelemahan mata uang negara-negara berkembang dan terganggunya rantai pasok global.
“Kita masuk dalam kebijakan ekonomi yang penuh ketidakpastian. Retaliasi tarif oleh China, disrupsi rantai pasok global, dan melemahnya mata uang emerging market memperkuat sinyal risiko resesi dunia,” ujarnya.
Komoditas Strategis Dunia: Penurunan Harga dan Dampaknya pada Ekonomi Global
Penurunan harga juga terjadi pada berbagai komoditas strategis dunia. Airlangga menyebutkan bahwa minyak mentah, minyak sawit, batu bara, dan gandum mengalami penurunan signifikan.
-
Fruit Oil turun 30%
-
Minyak Mentah Brent turun 28% ke level US$60-an
-
Batu Bara turun 24% ke US$97
-
Satu-satunya yang meningkat adalah harga emas
“Penurunan ini menunjukkan bahwa permintaan global sedang melemah. Ini sinyal kuat bahwa resesi dunia bisa terjadi kapan saja,” katanya.
Optimisme Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
Meski demikian, Airlangga menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tetap optimistis menghadapi potensi tekanan ekonomi global. Salah satu langkah strategis adalah peluncuran Bank Emas oleh Presiden Prabowo Subianto pada Februari lalu.
“Bank Emas diluncurkan di waktu yang tepat karena emas merupakan salah satu aset safe haven, selain dolar AS. Ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang kuat,” tegas Airlangga.
Selain itu, harga bahan pangan strategis seperti kedelai, gandum, CPO, dan beras juga menunjukkan tren penurunan, yang menurut Airlangga justru bisa membantu stabilitas dalam negeri.
Leave feedback about this