
Jakarta –
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan ketika ini keadaan sektor jasa keuangan Indonesia tersadar stabil dan pasar keuangan menguat di tengah sentimen kasatmata pemangkasan suku bunga di banyak sekali negara. Meski begitu, masih ada bahaya pelemahan acara ekonomi global.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan, pihaknya tetap meragukan kesempatan acara ekonomi dunia yang melemah. Pertumbuhan ekonomi terindikasi turun di dominan negara utama menyerupai Amerika Serikat (AS) dan China.
“The Fed menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi AS di 2024 dan dibarengi peningkatan level pengangguran dan penurunan inflasi,” kata Mahendra dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB, disiarkan melalui YouTube OJK, Selasa (1/10/2024).
Baca juga: Melesat 354%! Transaksi Aset Kripto RI Tembus Rp 344,09 T |
Kemudian di China, lanjut Mahendra, terdapat penurunan acara manufaktur sehingga mendorong peningkatan pengangguran ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir. Jumlah pengangguran muda juga meningkat.
Tekanan perekonomian di Eropa juga makin dalam, terlihat dari penurunan outlook pertumbuhan dan proyeksi inflasi yang meningkat. Mahendra mengatakan, kemajuan tersebut bikin bank sentral global mengawali siklus penurunan suku bunga yang agresif, misalnya The Fed menurunkan suku bunga contoh Fed Fund Rate 50 bps.
“Bank sentral Tiongkok PBOC cukup bergairah mendukung perekonomian dengan menurunkan suku bunga kebijakannya dan berjanji akan mengambil kebijakan akomodatif lanjutan di antaranya dengan menurunkan (rasio) GWM 50 bps untuk memajukan likuiditas perbankan,” ujar Mahendra.
Selain itu, pemerintah China juga menurunkan duit wajah untuk pembelian rumah, serta memperpanjang pinjaman ke sektor properti selama dua tahun untuk mendorong geliat ekonomi domestiknya.
Kemudian, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) juga sudah mengawali kebijakan penurunan suku bunga. Kebijakan moneter global yang akomodatif tersebut mendorong peningkatan likuiditas di pasar keuangan, tercermin dari penguatan pasar keuangan global di dominan negara.
Baca juga: OJK Ungkap Penyebab IHSG Bisa Tembus Rekor di Level 7.900 |
Sedangkan di Indonesia, lanjut Mahendra, perekonomian tersadar stabil dengan tingkat inflasi tersadar dan neraca jual beli surplus. Meski penurunan suku bunga menghadirkan sentimen kasatmata di pasar keuangan, menurutnya masih terdapat bahaya yang perlu diwaspadai.
“Sinyal pelemahan kinerja ekonomi global, tensi geopolitik yang masih persisten tinggi, dan koreksi kepada harga komoditas membuat risiko ketidakpastian ke depan masih tinggi. Perlu diwaspadai oleh sektor jasa keuangan dan perlu menjalankan Langkah antisipatif ke depan,” kata dia.
Di segi lain, Mahendra juga melaporkan langkah penguatan kerja sama dengan Bank Negara Malaysia (BNM). Ia sudah berjumpa pribadi dengan Gubernur BNM Abdul Rasheed Ghaffour.
“Membahas banyak sekali kerja sama, utamanya potensi kerja sama di bidang perbankan syariah, keuangan berkelanjutan, dan kemajuan forum jasa keuangan di kedua negara,” ujarnya.
Simak juga Video ‘OJK Blokir 6.000 Akun yang Terlibat Judi Online’:
Leave feedback about this